Artlinc – Art Learning Incubator

Topeng Noh di Galeri 212 ISBI Bandung

Topeng dalam peranannya terhadap seni dan budaya biasa terlihat dalam seni pementasan, baik itu seni tari maupun seni teater. Dalam perjalanannya setiap topeng yang dibuat mengandung makna tersendiri sesuai dengan negara atau daerah yang memiliki seni dan budaya pembuatan topeng itu sendiri. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi suatu pertunjukan seni.

Dalam perjalanan kerjasama Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dengan Kurator Seni asal Jepang Izumi Mizuta yang dimulai sejak tahun 2014, pada tahun 2018 ini digelar kembali acara “Japan-Indonesia International Exhibition: Neo Asia Neo Japon” yang berlangsung dari Selasa, 6 Maret hingga Jumat, 9 Maret 2018 di Galeri 212, Kampus ISBI Bandung.

Pameran Internasional kali ini merupakan kerjasama antara Kelompok Seni Rupa ARTLINC. (Art Learning Incubator) Jurusan Seni Murni ISBI Bandung dengan ASUMU GALLERY Jepang yang mengusung karya utama mengenai seni tradisi Topeng Noh asal Jepang karya seniman Prof. Yasushi Mizutani. Pameran ini menampilkan 24 topeng dengan karakter wajah yang berbeda-beda. Tidak hanya menampilkan karya seni berbentuk topeng, pada pameran kali ini juga menampilkan puluhan karya dari seniman-seniman kontemporer Jepang.

“Topeng Noh yang diproduksi oleh Pak Mizutani memiliki pesan kuat mengenai peninjauan kembali kecantikan seni tradisional Jepang. Indonesia juga memiliki tradisi pembuatan topeng yang menurut saya bagus dan bisa diadakan kolaborasi dengan Jepang,” ucap Izumi Mizuta.

Menurut Rektor ISBI Bandung Dr. Hj. Een Herdiani, S. Sen., M. Hum., jika diperhatikan ada kesamaan antara topeng tradisional di Indonesia dengan topeng tradisional di Jepang yang penting untuk diberitahukan kepada para seniman pengrajin topeng di Indonesia.

“Pengetahuan mengenai seni tentu akan lebih luas, dan informasi mengenai makna yang ada dalam setiap topeng dapat diketahui,” ujarnya dalam sambutan yang sekaligus meresmikan langsung pembukaan pameran tersebut.

Mengenai pameran ini, kurator dari ISBI Bandung Agus Cahyana, S. Sn., M. Sn. memaparkan bahwa karya seni tidak harus berkutat di wilayah kepuasan estetik dan kesenangan akan keindahan, tetapi juga mesti menghadirkan spirit budaya tradisi yang akan diwariskan pada generasi berikutnya.

“Seni tradisional tetap dijadikan sarana untuk pembelajaran nilai-nilai kearifan yang terkandung didalamnya. Dengan begitu, seni tradisi menjadi salah satu dasar untuk mengembangkan karya seni di masa sekarang,” paparnya.

sumber : isbi.ac.id